Jumat, 22 Februari 2013
10 CARA OLAHRAGA OTAK
Olahraga otak sama pentingnya dengan
olahraga tubuh. Dengan olahraga otak, akan terbentuk saraf baru yang dapat melindungi
terhadap gejala demensia atau kepikunan. Berikut beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk olahraga otak.
Dilansir dari Livestrong, Sabtu (2/10/2010), berikut 10 cara melatih atau olahraga otak:
1. Membiasakan aktif menjadi kidal (aktif tangan kiri) dan juga kanan
Lakukan tugas dengan tangan non-dominan, jika biasanya dominan tangan kanan maka gunakan tangan kiri (kidal) dan sebaliknya. Contohnya saat menggunakan mouse komputer, menyikat gigi dan mengikat sepatu dengan arah yang berlawanan. Menurut Franklin Institute, jenis latihan ini dapat memperkuat hubungan saraf yang ada dan bahkan membentuk saraf baru.
2. Membaca
Membaca dapat melenturkan otot-otot otak, baik bacaan ringan (seperti komik atau majalah) maupun bacaan untuk informasi. Dan menurut studi Dr Nikolaos Scarmeas padaa tahun 2001, membaca dapat membantu membangun 'cadangan kognitif' untuk menunda timbulnya demensia.
3. Bermain puzzle atau teka-teki silang
Teka-teki silang, puzzle, Sudoku dan jenis puzzle lainnya, dapat melatih otak khususnya otak kiri, menurut pusat pelatihan kognitif LearningRx. Tambahkan strategi baru untuk mengefektifkan latihan otak, misalnya memecahkan teka-teki silang dengan tema yang tidak biasa.
4. Bermain permainan strategi
Permainan strategi seperti catur, monopoli atau game komputer lainnya, akan menggunakan otak kanan yang dapat membantu orang untuk lebih berpikir kreatif.
5. Ubah rutinitas
Menurut Lawrence Katz, profesor Neurobiologi di Duke University Medical Center, mengubah rutinitas dan cara-cara hidup baru dapat mengaktifkan koneksi otak yang sebelumnya tidak aktif. Latihan yang bisa dilakukan misalnya, mandi dengan mata tertutup atau mengatur ulang kantor atau meja.
6. Belajar bahasa asing
Dengan belajar bahasa asing akan mengaktifkan bagian otak yang belum digunakan sejak Anda mulai berbicara. Sebuah studi tahun 2007 di York University di Toronto, menemukan bahwa penggunaan beberapa bahasa dapat meningkatkan suplai darah ke otak untuk menjaga kesehatan koneksi saraf.
7. Menikmati musik
Selain mendengarkan musik, belajar juga untuk memainkan instrumen musik. Para ahli juga merekomendasikan untuk mengaktifkan dua indera sekaligus, seperti mendengarkan musik dan mencium bunga.
8. Latihan fisik
Latihan fisik juga dapat meningkatkan kesehatan otak, karena dapat meningkatkan aliran darah ke otak. Menurut Stanford Center on Longevity and the Max Planck Institute for Human Development, latihan fisik dapat meningkatkan perhatian, penalaran dan memori.
9. Hidup sosial
Otak dapat dilatih dengan menjalani kehidupan sosial Anda, misalnya dengan mengunjungi teman. Sebuah studi 2006 oleh Dr David Bennett dari Rush University Medical Center menemukan bahwa memiliki jaringan sosial dapat memberikan perlindungan terhadap gejala klinis penyakit Alzheimer.
10. Mencari hobi baru
Tantang otak untuk belajar keterampilan baru atau hal-hal yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya. Jika Anda bukan seniman, cobalah untuk belajar melukis atau memahat. Jika Anda bisa bermain piano, belajarlah memainkan gitar. Temukan sesuatu yang baru dan menarik untuk dapat menjaga otak tetap aktif.
Dilansir dari Livestrong, Sabtu (2/10/2010), berikut 10 cara melatih atau olahraga otak:
1. Membiasakan aktif menjadi kidal (aktif tangan kiri) dan juga kanan
Lakukan tugas dengan tangan non-dominan, jika biasanya dominan tangan kanan maka gunakan tangan kiri (kidal) dan sebaliknya. Contohnya saat menggunakan mouse komputer, menyikat gigi dan mengikat sepatu dengan arah yang berlawanan. Menurut Franklin Institute, jenis latihan ini dapat memperkuat hubungan saraf yang ada dan bahkan membentuk saraf baru.
2. Membaca
Membaca dapat melenturkan otot-otot otak, baik bacaan ringan (seperti komik atau majalah) maupun bacaan untuk informasi. Dan menurut studi Dr Nikolaos Scarmeas padaa tahun 2001, membaca dapat membantu membangun 'cadangan kognitif' untuk menunda timbulnya demensia.
3. Bermain puzzle atau teka-teki silang
Teka-teki silang, puzzle, Sudoku dan jenis puzzle lainnya, dapat melatih otak khususnya otak kiri, menurut pusat pelatihan kognitif LearningRx. Tambahkan strategi baru untuk mengefektifkan latihan otak, misalnya memecahkan teka-teki silang dengan tema yang tidak biasa.
4. Bermain permainan strategi
Permainan strategi seperti catur, monopoli atau game komputer lainnya, akan menggunakan otak kanan yang dapat membantu orang untuk lebih berpikir kreatif.
5. Ubah rutinitas
Menurut Lawrence Katz, profesor Neurobiologi di Duke University Medical Center, mengubah rutinitas dan cara-cara hidup baru dapat mengaktifkan koneksi otak yang sebelumnya tidak aktif. Latihan yang bisa dilakukan misalnya, mandi dengan mata tertutup atau mengatur ulang kantor atau meja.
6. Belajar bahasa asing
Dengan belajar bahasa asing akan mengaktifkan bagian otak yang belum digunakan sejak Anda mulai berbicara. Sebuah studi tahun 2007 di York University di Toronto, menemukan bahwa penggunaan beberapa bahasa dapat meningkatkan suplai darah ke otak untuk menjaga kesehatan koneksi saraf.
7. Menikmati musik
Selain mendengarkan musik, belajar juga untuk memainkan instrumen musik. Para ahli juga merekomendasikan untuk mengaktifkan dua indera sekaligus, seperti mendengarkan musik dan mencium bunga.
8. Latihan fisik
Latihan fisik juga dapat meningkatkan kesehatan otak, karena dapat meningkatkan aliran darah ke otak. Menurut Stanford Center on Longevity and the Max Planck Institute for Human Development, latihan fisik dapat meningkatkan perhatian, penalaran dan memori.
9. Hidup sosial
Otak dapat dilatih dengan menjalani kehidupan sosial Anda, misalnya dengan mengunjungi teman. Sebuah studi 2006 oleh Dr David Bennett dari Rush University Medical Center menemukan bahwa memiliki jaringan sosial dapat memberikan perlindungan terhadap gejala klinis penyakit Alzheimer.
10. Mencari hobi baru
Tantang otak untuk belajar keterampilan baru atau hal-hal yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya. Jika Anda bukan seniman, cobalah untuk belajar melukis atau memahat. Jika Anda bisa bermain piano, belajarlah memainkan gitar. Temukan sesuatu yang baru dan menarik untuk dapat menjaga otak tetap aktif.
Sumber: tahukahkamu.com
Januari 2011ASAL USUL LAMBANG PRIA DAN WANITA
ASAL USUL LAMBANG PRIA DAN WANITA
inilah Sejarah Lambang
Pria dan Wanita - PERNAHKAH kamu mengamati logo atau lambang seperti di
atas? Nah kamu mungkin sudah tahu, itu adalah lambang untuk menyatakan
jenis kelamin lelaki dan wanita. Mengapa simbolnya seperti itu? Apa
arti yang terkandung pada simbol itu? Bagaimana sejarahnya?
Sejarah Lambang Pria dan Wanita
Cukup menakjubkan bahwa keberadaan simbol itu sudah cukup lama. Didalam dunia Ilmu pengetahuan saja, lambang ini untuk pertamakalinya dipakai pada tahun 1753 oleh Pengarang buku Species Plantarum. Sebelumnya simbol-simbol yang menyatakan laki dan perempuan ini ditemukan pada peninggalan-peninggalan kuno pada jaman prasejarah.
Sebelum ada tulisan, bangsa-bangsa prasejarah menggunakan gambar dan simbol untuk “berkomunikasi”. Para ahli mencoba untuk mencari hubungan mengapa simbol tersebut yang digunakan untuk menunjukkan laki dan perempuan.
Ada yang berpendapat tanda lingkaran dan panah menunjukkan bahwa laki-laki saat itu memang dikenal sebagai pemburu yang bersenjatakan tombak, sementara simbol lingkaran dengan tanda silang dibawahnya, sebagai penggambaran perempuan, menunjukkan bahwa wanita memiliki kecenderungan bercermin (lambang itu dianalogikan sebagai cermin bergagang).
Namun ada juga yang menyebutkan bahwa simbol-simbol itu telah mengalamai perubahan sejak lama, yang diturunkan dari bentuk fisik manusia laki-laki dan perempuan.
simbol ini juga digunakan sebagai simbol planet di tata surya kita, yaitu untuk Mars dan Venus (yang selanjutnya juga dikenal : Mars sebagai gambaran laki-laki, dan Venus untuk Perempuan).
Jumat, 08 Februari 2013
1. Pengertian Remaja
Masa remaja dipandang sebagai peralihan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa. Masa ini dimulai dengan timbulnya perubahan secara
fisik, yakni usia sekitar 11/12 tahun, sampai dengan usia 21/22 tahun.
Pandangan tradisional lebih mendasarkan usia remaja pada pertumbuhan
fisiologis (sampai dengan usia 18 tahun), namun sekarang para ahli
melihat juga unsur perubahan-perubahan psikis dalam mencapai kedewasaan.
Pada masyarakat modern yang lebih kompleks, diperlukan persiapan yang
lebih lama bagi seorang anak untuk dapat berdiri sendiri.
Lain halnya dengan Alkitab. Tuhan menyuruh mencatat umat Israel yang berusia 20 tahun ke atas (Bil 1:3,18).
Juga ketika orang Israel dihukum yaitu tidak boleh memasuki tanah
Kanaan, yang terkena hukuman adalah mereka yang berusia 20 tahun ke atas
(Bil 14:29).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa usia yang dianggap dewasa/dapat
bertanggung jawab adalah 20 tahun dan sebelum itu masih dianggap belum
dewasa. Penulis berpendapat bahwa penentuan Alkitab lebih sesuai dengan
pandangan psikologi mengenai kedewasaan bila dibandingkan dengan
pandangan secara legal/umum (17 tahun).
Istilah yang sering dikaitkan dengan masa remaja adalah istilah
pubertas. Pubertas menunjuk pada periode ketika individu menjadi matang
secara seksual. Perubahan organ-organ seksual ini dialami pada akhir
masa anak dan awal masa remaja. Remaja putri mencapai pubertas pada usia
kurang lebih 13 tahun sedangkan remaja putra umumnya satu tahun lebih
lambat.
Masa remaja dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu remaja awal
(12-14 tahun), remaja pertengahan (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21
tahun). Pada masa remaja awal, masih banyak ciri masa anak yang terbawa.
Perubahan fisik terjadi dengan cepat, dan pergaulan mereka masih banyak
bersama dengan teman-teman dari jenis kelamin yang sama. Remaja
pertengahan merupakan kelanjutan perkembangan masa remaja awal.
Perubahan fisik sudah tidak terlalu cepat, sedangkan pergaulan sudah
meluas pada jenis kelamin yang berlawanan. Pada masa remaja akhir,
tingkah laku remaja sudah lebih dewasa, dan lebih mempersiapkan diri
untuk kehidupan yang mandiri.
2. Beberapa Ciri Remaja
a. Masa mencari identitas
Pencarian identitas merupakan usaha remaja untuk mendapat kejelasan
tentang siapakah dirinya, bagaimana perannya dalam masyarakat dan akan
menjadi apakah ia kelak. Bila pada masa sebelumnya seorang anak sangat
bergantung pada orang tua, maka remaja belajar untuk melepaskan diri
dari orang tua dan berdiri sendiri secara emosional. Seringkali usaha
ini sangat kuat, sehingga tampaknya remaja selalu menentang orang
tuanya. Bila usia mereka sudah lebih dewasa, hubungan dengan orang tua
kembali membaik.
Pada masa pencarian identitas, remaja umumnya memiliki gambaran ideal
yang ingin dicapainya. Gambaran ideal ini dapat diproyeksikan pada
tokoh-tokoh idola. Remaja ingin eksistensi dirinya sebagai seorang
individu, dapat dirasakan oleh orang lain, sehingga ia seringkali
menarik perhatian kepada dirinya sendiri, misalnya dengan
ngobrol/tertawa keras-keras, naik motor beramai-ramai dan sebagainya.
b. Masa peralihan
Seperti yang telah disebutkan di atas, masa remaja merupakan
peralihan ke tahap perkembangan selanjutnya, yaitu dari masa anak-anak
menuju masa dewasa. Hal ini berarti masih ada ciri-ciri tahap anak yang
berbekas tetapi mereka juga mempelajari tingkah laku yang dewasa sebagai
pengganti tingkah laku sebelumnya. Kadang-kadang remaja bersikap
dewasa, tetapi beberapa saat kemudian tingkah lakunya kekanak-kanakan,
walaupun fisik mereka sudah seperti orang dewasa.
Menurut Dr. Campbell, secara emosional kebutuhan remaja sama dengan
kebutuhan anak, yaitu ingin merasa dikasihi, diterima dan diperhatikan
(Campbell, 1983, 9).
c. Ambang masa dewasa
Remaja sering mendapat tuntutan dari orang-orang dewasa, maupun dari
diri sendiri untuk menjadi dewasa, terlebih lagi bila secara hukum
mereka sudah dianggap dewasa (17 tahun). Remaja tidak yakin akan
kedewasaan mereka, sehingga mereka gelisah untuk memberi kesan bahwa
mereka telah dewasa mereka meniru-niru penampilan orang dewasa, dan
berkonsentrasi pada tingkah laku yang dihubungkan dengan status dewasa,
seperti merokok dan lain-lain.
d. Masa perubahan
Sejalan dengan perubahan yang cepat pada fisiknya, sikap dan tingkah
laku remaja juga mengalami perubahan. Seksualitas mereka mengalami
kematangan, emosionalitas mereka meningkat, intelektual mengalami
kemajuan, termasuk moralitas, perubahan nilai-nilai, dan juga perubahan
minat serta peran sosial.
e. Masa pertentangan
Remaja mengalami banyak konflik emosional, yang menimbulkan
kebingungan pada diri mereka sendiri maupun pada orang lain. Misalnya,
terhadap orang tua dan orang-orang dewasa lain sikap mereka
bertentangan. Pada satu sisi mereka ingin melepaskan diri dari orang
tua, tetapi pada sisi yang lain mereka merasa belum mampu berdiri
sendiri, dan ingin memperoleh rasa aman di rumah. Mungkin kita pernah
mendengar ucapan: "Orang tua: kita tidak dapat hidup bersama mereka, dan
tanpa mereka." Sikap mereka tampaknya seperti ingin menjauhi/menentang
orang dewasa, tetapi sebenarnya mereka masih ingin diperhatikan dan
dibantu.
f. Masa kegelisahan
Ada yang menyebut masa remaja sebagai masa storm and stress. Emosi
pada remaja meninggi, antara lain disebabkan oleh perubahan fisik dan
hormonal; juga karena harus menyesuaikan diri dengan banyak hal yang
baru. Emosi dan suasana hati mereka sering cepat berubah. Remaja juga
mempunyai banyak keinginan, yang belum tentu dapat dipenuhi. Hal ini
menimbulkan kegelisahan yang baru. Bila usia mereka sudah lebih dewasa
dan lebih berpengalaman, mereka akan lebih stabil, dan dapat
mengungkapkan emosinya dengan lebih matang.
g. Masa yang tidak realistik
Remaja seringkali berpikir idealis, mereka mempunyai aspirasi yang
tinggi akan diri sendiri, akan keluarga dan akan teman-temannya. Remaja
juga seringkali berkhayal dan berfantasi. Khayalan remaja putra berkisar
masalah prestasi dan karier, sedangkan remaja putri lebih banyak
mengkhayalkan romantika hidup. Semakin tinggi aspirasi remaja, maka
mereka akan semakin kecewa dan marah, karena keinginan mereka tersebut
tidak realistik. Bila mereka semakin besar, selaras dengan semakin
luasnya pengalaman sosial dan pribadi mereka, maka mereka akan lebih
realistik.
h. Masa mencoba dan menjelajah
Remaja sering mencoba hal-hal yang baru bagi mereka. Karena mereka
melihat dunia ini dengan kacamata yang berbeda dari masa kanak-kanak,
maka banyak hal baru yang mereka temukan. Misalnya mereka ingin
mengetahui dunia orang dewasa, yang tampak seperti suatu misteri yang
menarik. Akibat dari mencoba-coba ini tidak selalu baik, misalnya
terlibat penyalahgunaan obat, menonton film porno dan sebagainya. Remaja
juga ingin menyelidiki/menjelajah lingkungan yang lebih luas.
i. Aktifitas kelompok
Remaja lebih banyak bergaul dengan teman-teman sebaya, dan senang
membentuk kelompok-kelompok. Hal ini terdorong juga oleh berkurangnya
waktu remaja bersama orang tua dan keluarga, dalam usaha mereka
melepaskan diri dari orang tua. Remaja ingin diterima oleh kelompok
sebayanya dan merasa takut bila mereka ditolak, sehingga mereka juga
berusaha bertingkah laku sesuai dengan kelompoknya. Biasanya remaja juga
memasuki kelompok yang sifat-sifat anggota dan nilai-nilai kelompoknya
sesuai dengan ciri-ciri dirinya sendiri. Remaja menaruh banyak minat
terhadap pergaulan dengan teman-teman lawan jenis, bahkan cukup banyak
remaja yang sudah mencoba berpacaran.
3. Beberapa Perkembangan yang Penting
a. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik yang terjadi adalah perubahan eksternal maupun
perubahan internal. Perubahan eksternal misalnya perubahan tinggi badan,
berat badan, proporsi, dan yang paling menonjol adalah perkembangan
organ-organ seksual yang primer maupun sekunder. Perubahan internal
misalnya perubahan fungsi-fungsi tubuh, jaringan-jaringan dan
kelenjar-kelenjar, yang mencapai kematangannya. Remaja putri mendapat
menstruasi pertama (menarch) dan remaja putra mengalami mimpi basah.
Pada awalnya perubahan ini belum proporsional, misalnya perkembangan
anggota-anggota tubuh (lengan, tungkai) lebih cepat. Tindak tanduk
remaja awal tampak canggung, karena mereka belum dapat mengontrol tubuh
yang berubah dengan cepat tersebut. Usia terjadinya pertumbuhan fisik
ini berbeda-beda pada setiap remaja, dan putra juga berbeda dengan
putri.
Banyak remaja yang tidak puas dengan pertumbuhan fisik mereka,
seperti proporsi tubuh yang tidak sesuai dengan keinginan, munculnya
jerawat-jerawat dan sebagainya. Remaja sadar bahwa penampilan fisik
penting dalam relasi sosial, sehingga mempengaruhi kepribadian mereka
juga.
b. Perkembangan intelektual
Intelektual remaja berkembang dengan pesat. Pemikiran mereka sudah
mulai kritis. Jika pada masa kanak-kanak individu berpikir secara
konkrit, maka pemikiran remaja lebih banyak bersifat abstrak. Bila
dihadapkan pada suatu permasalahan, ia cukup mampu untuk
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada, melihat dari berbagai
sudut pandang dan mempertanggungjawabkan penyelesaiannya berdasarkan
hipotesis-hipotesis dan pernyataan-pernyataan yang ada.
Bila selama ini mereka menerima begitu saja nilai-nilai yang mereka
dapatkan tanpa pertanyaan, maka sekarang remaja mulai mengevaluasi ulang
nilai-nilai tersebut. Mereka juga mulai menilai orang tua, sekolah,
masyarakat, sistem pemerintahan dan lain-lain. Anak-anak melihat orang
tua mereka sebagai orang yang sempurna, hebat dan tanpa cacat, tetapi
remaja melihat orang tua mereka banyak kekurangan. Dengan harapan mereka
yang idealis, dan penilaian yang kadang-kadang terlalu kritis,
seringkali remaja tidak dapat menerima kekurangan-kekurangan ini.
c. Perkembangan agama dan moral
Remaja menaruh banyak minat terhadap agama, mereka ingin mendapatkan
pegangan untuk kehidupan mereka masa sekarang dan masa yang akan datang.
Memang remaja mulai meragukan keyakinan-keyakinan yang selama ini telah
mereka terima. Ini bukan berarti bahwa mereka cenderung menjadi atheis,
tetapi remaja tidak ingin menerima konsep-konsep itu begitu saja.
Mereka ingin menerima sesuatu yang bermakna bagi diri mereka sendiri dan
ingin memutuskan berdasarkan kehendak mereka yang mandiri. Dalam
beberapa hal remaja kecewa terhadap agama yang terorganisasi, yang
dianggap tidak dapat memberi jawaban yang memuaskan. Remaja juga
membandingkan kepercayaan yang ia terima dari orang tuanya dengan
kepercayaan-kepercayaan lain. Masa remaja merupakan usia yang rawan
untuk menjadi "mangsa" kultus-kultus ekstrim, terlebih lagi jika selama
ini mereka tidak mendapat dasar yang kuat.
Perkembangan moral berkaitan dengan perkembangan intelektual yang
berkembang pesat, di mana dapat menimbang-nimbang berbagai konsep.
Remaja mulai belajar mengendalikan tingkah lakunya sendiri, memiliki
norma-norma yang ia yakini sendiri, bukan lagi dikendalikan oleh
norma-norma dari luar/orang tua. Mengendalikan tingkah laku sendiri ini
bukan hal yang mudah dan banyak orang muda yang baru dapat
menyelesaikannya pada masa dewasa.
4. Bahaya-Bahaya pada Masa Remaja
Dengan ciri-ciri perkembangan remaja yang khusus dan adanya
kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi, remaja rawan untuk mengalami
masalah-masalah yang juga khas remaja. Selain faktor remaja itu sendiri,
faktor sosial masyarakat juga membawa pengaruh bagi masalah-masalah
remaja. Perubahan sosial masyarakat yang cepat, arus globalisasi dan
perkembangan teknologi yang pesat menambah kebingungan remaja yang
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan cepat. Perkembangan media
audiovisual dan elektronika, seperti televisi, video, komputer dan
internet membawa pengaruh yang seringkali tidak diharapkan.
Faktor yang berpengaruh besar juga pada remaja adalah faktor-faktor
dalam keluarga, seperti keutuhan dan keharmonisan, pendidikan dalam
keluarga dan sebagainya. Pengaruh dari keluarga yang diterima selama
masa anak-anak yang kemudian dilanjutkan pada masa remaja relatif
menetap pada kepribadian individu sepanjang masa hidupnya. Keluarga
memberikan dasar yang kuat untuk sikap dan tingkah laku remaja di luar
lingkungan rumah. Remaja dari keluarga yang tidak utuh, tidak harmonis,
tidak ada penerimaan yang sehat, pencurahan kasih sayang dan disiplin
orang tua yang tidak seimbang dan sebagainya, lebih sulit menyesuaikan
diri dengan lingkungan.
Remaja dapat jatuh pada masalah-masalah kenakalan remaja,
masalah-masalah seksual, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan,
masalah-masalah emosi, tertarik pada kebatinan, okultisme dan
sebagainya. Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang bersifat
pelanggaran hukum atau pelanggaran nilai-nilai moral, misalnya
perjudian, perkelahian, tawuran, menjadi perek, membolos, kabur dari
rumah dan lain-lain. Remaja dapat melakukan sendiri atau berkelompok.
Masalah-masalah seksual muncul pada masa remaja karena perkembangan
psikoseksual yang aktif dan mulai bekerjanya hormon-hormon seksual.
Masalah-masalah seksual yang dapat muncul adalah membaca/menonton
buku/film porno, hubungan seksual sebelum menikah, homoseksual/lesbian,
mengunjungi WTS dan sebagainya. Remaja juga rawan terhadap
penyalahgunaan alkohol/obat-obatan. Pengaruh tekanan kelompok dan
banyaknya masalah-masalah yang lain mendorong remaja untuk menggunakan
alkohol
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)